"Air Mata Perpisahan di Tanah Banjir: Terima Kasih Aceh untuk Irwan Chandra dan Rojas"
Oleh: Purwanto, S.Ud
Aceh Utara: Kamis (18/12/2025) menjadi hari yang sulit dilupakan bagi masyarakat Aceh Utara, khususnya warga Langkahan dan Bale Panah Juli. Hari itu bukan hanya tentang berakhirnya sebuah misi kemanusiaan, tetapi tentang perpisahan yang mengoyak rasa, setelah sembilan hari kebersamaan yang ditempa oleh lumpur, air mata, dan harapan.
Irwan Chandra, Founder Rojas, bersama Tim Rojas Malang, Jawa Timur, berpamitan untuk kembali ke Kota Malang. Namun langkah kaki itu terasa berat. Di balik senyum yang dipaksakan, mata-mata basah menahan kepergian sosok yang telah menjadi keluarga di tengah bencana banjir bandang.
"Alhamdulillah… terima kasih dari Aceh, terima kasih dari Langkahan, terima kasih dari Bale Panah Juli," ucap perwakilan warga dengan suara bergetar. Ucapan itu sederhana, namun sarat makna, sebuah ungkapan tulus dari hati yang pernah dibantu, dikuatkan, dan dipeluk di saat paling rapuh.
Selama sembilan hari, Irwan Chandra dan Tim Rojas tak hanya menyalurkan bantuan. Mereka menembus lumpur tebal, berdiri di antara reruntuhan harapan, dan hadir sebagai penguat jiwa. Mereka mendengar tangis, memeluk duka, dan menyalakan kembali nyala semangat hidup masyarakat korban banjir bandang.
Momen paling mengharukan terjadi saat pamitan. Tangis pecah tak tertahan. Irwan Chandra memeluk Kepala Dusun, Pak Ilyas, dengan penuh kelembutan. Sebuah pelukan yang bukan sekadar perpisahan, melainkan doa agar bangkit dari keterpurukan dan kembali menjalani hidup dengan tegar.
Tak jauh dari situ, Bu Bidan Bidari hanya mampu meneteskan air mata. Kata-kata seolah tak lagi sanggup terucap. "Makasih…" lirihnya, sambil menyeka mata yang sembab, mata yang telah terlalu banyak menyaksikan penderitaan, namun hari itu juga menyaksikan ketulusan.
"Selamat jalan, Pak… doa kami selalu menyertai Bapak," ucap Pak Imam Masjid dengan suara yang nyaris patah.
Warga berjalan ke depan tanpa mampu menoleh ke belakang. Pertemanan dan persaudaraan yang terjalin hanya dalam hitungan hari, karena bencana, justru mengguncang hati begitu dalam. Dari pengungsian, lambaian tangan mengiringi kepergian.
"Selamat jalan, Bang… selamat jalan, Pak… selamat jalan, Ustadz…"
Aceh hari itu kembali belajar satu hal penting: bahwa kemanusiaan tidak mengenal jarak. Bahwa di tengah lumpur dan air mata, kasih sayang mampu menjelma menjadi kekuatan paling besar. Dan nama Irwan Chandra serta Rojas akan selalu hidup dalam doa-doa masyarakat Aceh Utara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar